Sultan Royal – Hijab bukanlah konsep yang muncul semata-mata dari ajaran Islam. Asal-usul hijab dapat ditelusuri sejak peradaban kuno, termasuk di Mesopotamia, yang menjadi salah satu pusat awal perkembangan budaya manusia. Tradisi penggunaan hijab telah lama menjadi bagian dari identitas sosial dan keagamaan di berbagai komunitas, termasuk dalam masyarakat Yahudi dan Kristen sebelum akhirnya diadopsi oleh Islam. Oleh karena itu, kurang tepat jika ada anggapan bahwa hijab hanya merupakan identitas eksklusif umat Islam.
Dalam sejarahnya, hijab telah menjadi bagian dari tradisi keagamaan dan budaya di berbagai komunitas. Kitab suci Yahudi dan Kristen juga memuat ajaran mengenai hijab atau penutup kepala bagi perempuan. Artinya, pemakaian hijab bukan hanya diamanatkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga dalam kitab suci agama-agama sebelumnya. Dengan demikian, ketika perempuan dari agama lain, seperti Kristen atau Yahudi, mengenakan hijab, hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap Islam.
Ketiga agama besar, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi, berasal dari wilayah Timur Tengah. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika ketiganya memiliki kesamaan dalam ajaran dan norma budaya, termasuk dalam hal berpakaian. Tradisi hijab bukanlah monopoli satu agama saja, melainkan merupakan warisan budaya dari masyarakat yang hidup di wilayah tersebut sejak ribuan tahun lalu.
Jika hijab benar-benar hanya milik Islam, maka tidak akan ada perempuan dari komunitas Kristen atau Yahudi yang mengenakannya. Namun, faktanya berbeda. Kaum perempuan dari komunitas Yahudi Ortodoks dan Kristen Ortodoks masih mempertahankan tradisi penutup kepala. Bahkan, dalam beberapa komunitas, mereka juga menggunakan niqab atau cadar untuk menutupi wajah mereka.
Baca Juga : Alasan Perempuan Muslim Mengenakan Jilbab
Di dunia Arab, perempuan Kristen di berbagai negara seperti Palestina, Bahrain, Suriah, Mesir, Lebanon, Oman, dan Kuwait banyak yang mengenakan hijab. Hal ini bukan karena mereka menganut Islam, melainkan karena hijab telah menjadi bagian dari tradisi budaya di kawasan tersebut. Meskipun tidak semua perempuan Kristen di negara-negara ini memakai hijab, tetap ada sebagian yang memilih untuk mengenakannya sebagai bentuk identitas budaya dan keagamaan.
Bahkan di Arab Saudi, yang memiliki aturan berpakaian ketat, perempuan Kristen yang berasal dari negara-negara seperti Suriah, Palestina, Bahrain, Lebanon, dan Mesir juga sering mengenakan abaya. Meski mereka tidak selalu menggunakan niqab, mereka tetap memakai busana yang menyerupai pakaian perempuan Muslimah di sana.
Kesalahpahaman mengenai hijab sering kali muncul karena kurangnya pemahaman akan sejarah dan latar belakang budaya. Beberapa pihak mungkin merasa bahwa pembahasan mengenai asal-usul hijab bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap Islam. Padahal, tujuan dari kajian ini adalah untuk meluruskan pemahaman bahwa hijab telah ada jauh sebelum Islam muncul.
Menyampaikan fakta sejarah tidaklah bertujuan untuk merendahkan atau menyinggung kepercayaan tertentu. Justru, hal ini dapat membantu memperluas wawasan agar tidak terjebak dalam pandangan yang sempit. Jika ada seseorang yang memberikan pemahaman berdasarkan fakta sejarah dan akademis, hal tersebut seharusnya dihargai, bukan dianggap sebagai penghinaan.
Penting untuk memahami bahwa setiap tradisi memiliki akar sejarahnya sendiri. Penggunaan hijab telah menjadi bagian dari budaya banyak peradaban sebelum Islam, dan hal ini tetap berlaku hingga saat ini. Sikap terbuka terhadap sejarah dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan memperkuat toleransi antarumat beragama.
Simak Juga : Perkiraan Penurunan Suku Bunga oleh The Fed