Sultan Royal – Diskriminasi terhadap wanita bertudung semakin meningkat di berbagai belahan dunia, terutama akibat pengaruh iklim politik semasa. Fenomena yang sering disebut sebagai ‘hijaphobia’ ini telah menciptakan tantangan besar bagi perempuan Muslim yang mengenakan hijab dalam kehidupan sehari-hari. Penganjur Hari Hijab Sedunia (World Hijab Day/WHD) menyoroti isu ini dan mengajak masyarakat global untuk meningkatkan kesadaran. Tentang pentingnya kebebasan dalam berpakaian bagi wanita Muslim.
Menurut WHD, wanita Muslim menghadapi tekanan untuk melepaskan tudung mereka sebagai bentuk solidaritas dengan kelompok tertentu. Sementara itu, beberapa negara telah menerapkan peraturan yang melarang wanita berhijab untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Situasi ini dianggap sebagai bentuk diskriminasi yang merugikan hak asasi wanita Muslim. Yang memilih untuk mengenakan hijab, baik karena keyakinan agama maupun alasan kesopanan.
Sebagai respons terhadap meningkatnya hijaphobia, WHD mengajak perempuan dari berbagai latar belakang untuk menunjukkan dukungan. Hal ini dilakukan dengan mengenakan hijab pada Hari Hijab Sedunia yang diperingati setiap 1 Februari. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya Islam serta memperjuangkan hak wanita. Serta dalam memilih pakaian yang mereka kehendaki tanpa paksaan atau tekanan dari pihak mana pun.
Baca Juga : Kesempurnaan Menutup Aurat Wanita dalam Islam
Penyelenggara WHD menegaskan bahwa wanita Muslim seharusnya merasa bangga dalam mengenakan hijab tanpa perlu merasa bersalah atau meminta maaf atas pilihan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat persepsi yang keliru bahwa wanita berhijab adalah individu yang tertindas, pasif, dan kurang berkembang. Stereotip semacam ini sering kali dijadikan dasar untuk mendiskriminasi dan membatasi ruang gerak mereka dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional.
Wanita yang mengenakan hijab kerap menghadapi hambatan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan. Banyak dari mereka merasa kesulitan untuk diterima dalam lingkungan akademik atau profesional hanya karena penampilan mereka yang dianggap berbeda. Padahal, mengenakan hijab adalah hak setiap individu yang seharusnya dihormati oleh masyarakat tanpa prasangka negatif. WHD berusaha untuk menghapus stigma ini dengan mengedukasi masyarakat tentang arti hijab yang sebenarnya serta memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai nilai-nilai Islam.
Pada peringatan Hari Hijab Sedunia yang ke-10 ini, WHD mengharapkan ribuan peserta dari lebih dari 150 negara, termasuk Inggris, Jepang, Korea Selatan, dan Swiss, untuk turut serta dalam kampanye tersebut. Acara ini diharapkan dapat memperkuat solidaritas global dalam mendukung hak perempuan Muslim serta mengurangi diskriminasi yang mereka hadapi.
Menariknya, semakin banyak wanita non-Muslim yang menunjukkan minat untuk mencoba mengenakan hijab sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye ini. Banyak dari mereka berbagi pengalaman positif setelah mengenakan hijab, yang kemudian membantu memperluas pemahaman masyarakat tentang makna hijab di luar sekadar simbol agama. Dengan partisipasi luas dari berbagai kalangan, diharapkan kesadaran global tentang hak perempuan dalam memilih pakaian mereka sendiri semakin meningkat.
Penting bagi semua pihak untuk memahami bahwa hijab bukan sekadar kain penutup kepala, melainkan bagian dari identitas dan keyakinan seorang Muslimah. Setiap wanita berhak untuk mengenakan hijab tanpa menghadapi tekanan atau diskriminasi. Dengan semakin banyaknya dukungan dari berbagai komunitas, diharapkan dunia dapat menjadi tempat yang lebih inklusif dan menghormati keberagaman pilihan individu dalam berpakaian.
Simak Juga : Helikopter Black Hawk Bertabrakan dengan Jet di Washington