Sultan Royal – Beriman bahwa Islam adalah pedoman hidup yang memiliki kesempurnaan merupakan bagian mendasar dalam keimanan seorang Muslim. Islam bukan sekadar kepercayaan atau pakaian lahiriah, melainkan keyakinan yang diwujudkan dalam kepercayaan, ucapan, serta perbuatan. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam terdapat ilmu akidah yang membahas keyakinan, fikih yang mengatur amalan, serta tasawuf yang membentuk akhlak dan perilaku.
Mengabaikan salah satu aspek tersebut dapat menimbulkan pemahaman yang tidak utuh tentang Islam. Hal ini juga berlaku dalam setiap perintah agama, yang seharusnya membentuk kepribadian Muslim secara menyeluruh. Misalnya, shalat bukan sekadar kewajiban ibadah, tetapi juga memiliki dampak dalam membentuk karakter dan akhlak. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan dengan peluncuran produk hijab dari sebuah merek terkenal di kelab malam yang menyediakan minuman keras dan hiburan yang bertentangan dengan nilai Islam. Kejadian ini sangat disayangkan karena menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap Islam yang seharusnya dipraktikkan dengan utuh. Fenomena ini bukanlah hal baru. Kini hijab sering kali hanya dianggap sebagai tren mode. Banyak yang mengenakannya dengan pakaian ketat atau tetap memperlihatkan aurat yang seharusnya ditutup.
Baca Juga : Aurat Wanita dalam Islam dan Hikmah Menutup Aurat
Dalam Islam, ibadah tidak boleh dipisahkan dari aspek lain dalam kehidupan. Begitu juga hijab, yang bukan hanya kain penutup kepala, tetapi juga bagian dari kesempurnaan akhlak, keyakinan, dan perilaku seorang Muslimah. Hijab seharusnya membentuk kepribadian seseorang, bukan sekadar menjadi aksesori dalam berbusana.
Berhijab bukan hanya untuk fashion, tetapi juga benteng yang melindungi pribadi dan lingkungan dari kemaksiatan. Ia merupakan bagian dari mekanisme syariat yang bertujuan menjaga kehormatan dan kesucian masyarakat, sebagaimana aturan lainnya, seperti menjaga pandangan dan menghindari pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Jika hijab dikenakan dengan pemahaman yang benar, maka akan lahir sifat malu, menjaga harga diri, serta semakin meningkatkan keimanan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, agar mereka menahan pandangan, menjaga kemaluan, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa tampak. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS. An-Nur: 31). Ayat ini menegaskan bahwa hijab bukan hanya soal penampilan, tetapi juga mencerminkan kesopanan dan kehormatan diri.
Para produsen dan pengguna hijab seharusnya memahami kembali tujuan utama dari pemakaian hijab. Hijab seharusnya meningkatkan martabat perempuan, bukan merendahkan atau menghilangkan kehormatan mereka. Tidak ada salahnya memperindah hijab, selama tetap memenuhi ketentuan syariat dan mempertahankan tujuan utamanya.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seseorang tidak akan berzina atau mencuri jika dalam dirinya ada keimanan. Begitu pula, seorang wanita yang benar-benar memahami makna hijab tidak mungkin berbuat maksiat, karena hijab adalah lambang keimanan. Jika hijab dikenakan dengan pemahaman dan penghayatan yang benar, maka ia dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Namun, hal ini hanya dapat terwujud jika hijab dipahami bukan sekadar mode, melainkan bagian dari identitas Muslimah yang beriman.
Islam hadir untuk memuliakan manusia. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita menghindari segala sesuatu yang merendahkan diri dan menjauhkan dari nilai-nilai Islam.
Simak Juga : Nicolas Talbott: Berjuang Melawan Kebijakan Baru Trump Tentang Transgender