Sultana Royal – Menggigit kuku mungkin terlihat seperti kebiasaan yang sepele, tetapi efeknya pada kesehatan rongga mulut tidak boleh diabaikan. Kebiasaan ini, yang dikenal sebagai onychophagia, sering dilakukan tanpa sadar, terutama saat seseorang merasa cemas, bosan, atau stres. Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan menggigit kuku bisa berisiko bagi kesehatan gigi dan mulut Anda? Berikut adalah penjelasannya.
Kebiasaan menggigit kuku dapat menyebabkan kerusakan pada struktur gigi. Tekanan berulang pada gigi akibat menggigit kuku dapat mengakibatkan retakan kecil atau bahkan patahnya gigi. Pada beberapa kasus, hal ini juga dapat memengaruhi posisi gigi, terutama jika dilakukan terus-menerus sejak usia muda.
“Baca Juga: Waspada Fibrilasi Atrium, Penyakit Jantung yang Sering Terabaikan”
Kuku sering kali mengandung bakteri dan kotoran yang sulit dijangkau bahkan setelah mencuci tangan. Ketika Anda menggigit kuku, bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) atau Staphylococcus aureus dapat masuk ke dalam rongga mulut. Hal ini meningkatkan risiko infeksi gusi, radang mulut, hingga abses.
Potongan kuku yang tajam bisa secara tidak sengaja melukai jaringan gusi. Luka kecil ini bisa menjadi pintu masuk bakteri, yang berpotensi menyebabkan peradangan atau infeksi pada gusi. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi penyakit periodontal.
Kebiasaan menggigit kuku juga dapat memberikan tekanan berlebih pada sendi rahang, yang dikenal sebagai temporomandibular joint (TMJ). Jika dilakukan dalam jangka waktu lama, hal ini bisa menyebabkan rasa nyeri, ketegangan, atau bahkan gangguan fungsional pada rahang.
Selain masalah kesehatan, menggigit kuku juga bisa memengaruhi penampilan gigi. Kebiasaan ini dapat menyebabkan gigi menjadi aus, sehingga mengurangi estetika senyuman Anda.
Menghentikan kebiasaan ini bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan rongga mulut, tetapi juga mencegah kerusakan kuku. Berikut beberapa tips untuk mengatasinya:
“Simak Juga: Bopeng Karena Jerawat? Perawatan Dermapen Solusinya”