Sultan Royal – Di era Society 5.0, perkembangan teknologi telah mencapai tahap yang lebih maju dari revolusi industri 4.0. Kemajuan ini membawa dampak besar terhadap kehidupan manusia, termasuk perubahan dalam nilai-nilai sosial dan budaya. Salah satu tantangan yang muncul adalah Deislamisasi nilai akibat penggunaan teknologi yang berlebihan, di mana yang jauh terasa dekat, namun yang dekat terasa jauh. Fenomena ini berpotensi mengubah persepsi masyarakat terhadap apa yang benar dan salah, terutama karena era Society 5.0 cenderung berorientasi pada peradaban Barat yang lebih sekuler.
Peradaban Barat sendiri memiliki pandangan yang berbeda terhadap agama. Sejarah menunjukkan bahwa mereka mengalami trauma akibat dominasi Gereja di masa lalu, sehingga nilai-nilai agama sering dianggap tabu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika Indonesia, yang berlandaskan aspek spiritual, hanya berfokus pada kemajuan teknologi tanpa memperhatikan kualitas spiritualitas masyarakatnya, maka akan timbul permasalahan baru, seperti krisis moral dan spiritual.
Krisis spiritual merupakan tantangan terbesar di dunia modern, termasuk di Indonesia. Krisis ini terjadi karena perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan nilai-nilai spiritualitas manusia. Hal ini berdampak pada generasi muda, terutama generasi Z dan generasi alfa, yang tumbuh dalam era teknologi tanpa memiliki pemahaman spiritual yang kuat. Untuk menjaga masa depan bangsa, perhatian harus diberikan kepada kualitas generasi muda, khususnya wanita muslimah Indonesia, yang berperan penting dalam membangun peradaban.
Baca Juga : Perkembangan Hijab di Indonesia: Tren, Motivasi, dan Perspektif
Perempuan adalah pilar utama dalam membentuk generasi yang unggul. Sebuah pepatah Arab menyebutkan bahwa jika perempuan baik, maka baik pula suatu bangsa. Sebaliknya, jika mereka rusak, maka rusak pula bangsa tersebut. Oleh karena itu, kualitas wanita muslimah harus diperhatikan agar mereka dapat mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak. Sayangnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum diimbangi dengan peningkatan kualitas spiritual wanita muslimah.
Terdapat dua permasalahan utama yang dihadapi wanita muslimah Indonesia saat ini. Pertama, kegagalan dalam memahami jati dirinya sebagai muslimah. Kedua, ketidakmampuan dalam membangun identitasnya sendiri. Hal ini terlihat dari berbagai kasus sosial yang mencerminkan krisis moral dan spiritual. Seperti meningkatnya kasus kehamilan di luar nikah, pembuangan bayi, dan perilaku menyimpang di kalangan remaja perempuan. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak wanita muslimah kehilangan nilai kemuliaan dalam dirinya. Serta kesulitan dalam membentuk identitas mereka sebagai wanita muslimah yang merdeka.
Salah satu penyebab utama dari permasalahan ini adalah pengaruh pemikiran Barat yang semakin kuat. Westernisasi telah membawa nilai-nilai yang berbeda dengan norma dan kultur masyarakat Indonesia yang religius. Pemikiran ini sering kali disebarkan melalui berbagai program yang bertujuan untuk mengubah cara pandang masyarakat. Hal ini terhadap konsep moral, tradisi, dan bahkan agama. Akibatnya, banyak wanita muslimah terpapar pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti paham kesetaraan gender. Serta ekstrem dan dukungan terhadap kebijakan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Padahal, tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 telah menetapkan bahwa pendidikan harus menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN dan APBD untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, berbagai upaya ini masih belum mampu mengatasi krisis moral dan spiritual yang dialami oleh wanita muslimah Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dalam pendidikan, terutama dalam pembelajaran sejarah. Sejarah memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran identitas dan jati diri seorang muslimah. Melalui pemahaman sejarah yang benar, wanita muslimah dapat mengenali akar budayanya serta memahami peran pentingnya dalam membangun peradaban Islam di Indonesia. Dengan demikian, mereka tidak mudah terpengaruh oleh pemikiran luar yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Perbaikan dalam sistem pendidikan yang berbasis spiritualitas dan moralitas sangat diperlukan agar wanita muslimah Indonesia dapat memahami identitasnya dengan lebih baik. Pendidikan yang menekankan nilai-nilai Islam harus diintegrasikan dalam sistem pembelajaran agar generasi muda dapat tumbuh dengan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas. Jika hal ini dapat diwujudkan, maka wanita muslimah Indonesia akan mampu menjalankan perannya sebagai pencetak generasi unggul yang akan membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.
Simak Juga : FBI Diperintahkan Mengungkap Peran dalam Penyelidikan 6 Januari